Sidekick

Urip mung mampir ngejus


“Udah lulus sekarang bang, selamat ya. Oh tapi ada satu mata kuliah lagi yang penting bang, namanya mata kuliah hidup”
(Bang Ipul, ketika saya boncengin naik motor)
Merangkum apa yang terjadi dalam empat setengah tahun dalam sebuah artikel adalah pekerjaan percuma dan sia-sia. Tapi manusia suka melakukannya, maaf setidaknya saya suka melakukannya. Kita selalu memupuk kenangan dan membekukannya. Buku kenangan SMA, katalog ibu-ibu darma wanita, buku diary di masa muda, semua itu menyebalkan tapi kita menikmatinya. Pun ucapan terimakasih skripsi, sebuah formalitas yang membosankan namun bisa membuat teman anda tersenyum simpul membacanya. Ketimbang terjebak sekedar membuat teman sendiri tersenyum, saya memilih menceritakan secuil kisah empat setengah tahun selama kuliah, toh disana terlampir ucapan terimakasih yang lebih tulus (apakah anda sudah tersenyum kawan mendengar kata tulus? Semoga).
Saya bukan aktivis kampus, saya hanya tahu Gie karena ia mengucapkan kalimat sakti bahwa mahasiswa adalah tentang Buku, Pesta dan Cinta. Entah kenapa saya selalu iri mengapa Gie yang mengeluarkan ucapan itu, bukan saya. Itu gambaran mahasiswa paling romantis dan mengena menurut saya. Jika anda sudah punya pengalaman pada tiga aspek itu maka sebenarnya anda sudah layak mendapat toga tanpa perlu dapat tanda tangan dosen penguji. Kalau masih ada satu yang bolong lebih baik anda berpikir ulang untuk cepat lulus.
Buku. Kita datang ke kampus untuk mengejar bagian ini. Mimpi besar tentang pendidikan yang bermutu, cita-cita akan merubah dunia sekitar atau yang paling konyol niat untuk bertemu Ashadi Siregar. Semua berakar karena kita mencintai buku, kita cinta pendidikan. Lasswell, Griffin, Littlejohn atau Aubrey Fisher kita lalap setiap hari untuk sebuah tujuan ini. Kita tahu kita tak bisa besar tanpa ini. Tapi apakah kita benar-benar mencintai bagian ini? Jujur saya tidak.
Saya benci debu tebal di buku perpustakaan, saya sebal harus mengerutkan dahi sekedar mencari referensi agar paper saya nampak keren dan beda. Tapi saya melakukannya, munafik sekali. Oke mari kita lihat lagi, buku saat ini bukanlah “buku” ketika Bang Hadi menulis cerita romantis tentang Cemara Tujuh di depan Rektorat. Komunikasi adalah alat atau medium mengutip kata Bang Hadi. Seperti cinta, komunikasi adalah perjalanan bukan sebuah tujuan. Buku adalah soal bagaimana kita membuka diri terhadap beragam medium. Ketika kita hanya tahu teori njelimet Chomsky (ah saya terlihat cutting edge sekali mengutip nama Chomsky) tentang media namun melupakan apa yang ada di sekitar kita, maka kita hanya menjejaki medium yang gelap dan pengap.
Mas Wisnu banyak berperan di aspek ini. Secara tidak langsung ia mengajari bahwa pendidikan bukanlah soal buku yang menjemukan. Pendidikan adalah soal bagaimana kita meresapi kehidupan. Bagaimana kita menyirami setiap apa yang kita rasakan. Dan ah saya tak percaya Mas Wisnu jadi orang pertama yang saya sebut di lembar ini. Tapi benar, lupakan konsep tentang pendidikan berpijak pada buku. Sadarilah bahwa kita Generasi Y yang percaya turun ke jalan hanya membuat sepatu kanvas Converse kita cepat haus. Kita generasi yang menjadikan Harmoko sebagai olok-olok paling jitu. Dan dengan buku, olok-olok kita bisa lebih bermutu.
Pesta. Dalam setiap perayaan selalu ada teman. “Buku itu jendela dunia, tapi sahabat itu pintu dunia, lo enggak mungkin keluar buat lihat dunia dari jendela, pasti lewat pintu,” kata kakak saya ketika saya mau kuliah. Kakak saya benar, teman adalah hal terbaik yang membuat kuliah tak soal meributkan 24 SKS, ujian Etika Komunikasi yang bahkan saya tak paham soalnya apalagi jawabannya dan soal menggerutu karena dosen yang konservatif.
Sembah sujud saya pada Kemas, Jaki, Rocky, Mayda, Andhy, Wili, Gilang, Tami, Yogi, Dwi, Dito, Brama, Pradah, Nadia, Asep, Dina Camen, Aji, Bang Ipul, Depe, Irham, Geng Glamor, Mimit, Sandi, Gentong, Adit Kekar, Damar, David, Piki, Imam, Matahari, Irya, Ermaya, Dini, Listi, Andrea, Adrian, Saila, Vera, Kurnia, Cicit, Iqbal, Daniel dan (ah ini klise sekali) semua teman-teman saya. Percayalah saya malas mengurutkan apa jasa kalian. Tapi saya mau mengurutkan beberapa saja, setidaknya biar saya terkesan romantis.
Kemas dan saya ibarat utara dan selatan. Kami selalu berlawanan namun kami seperti satu bagian. Ia orang yang membuat saya percaya pada akhirnya kita harus memilih. Rocky dan saya seperti barat dan timur. Saya benci dengan sifat barat Rocky yang penuh logika, namun sebagai Timur saya selalu menerimanya. Ia orang paling dewasa yang pernah saya kenal. Tanpa Rocky mungkin saya hanya seonggok pemimpi yang tak pernah berpikir apa itu realita. Mayda, ah adakah yang lebih baik dari orang ini? Jika ada pepatah bilang, sahabat sejati datang di kala kamu merasa sendiri maka Mayda adalah orang yang cocok untuk menggambarkan itu. Saya percaya sahabat diciptakan Tuhan, bukan hasil sebuah pencarian. Ya dan kalian mungkin utusan Tuhan.  
Cinta. adakah hal yang lebih klise dari bagian ini? Sayangnya tidak. Hanya ada dua orang yang bisa mengisi bagian ini. Dan saya percaya kedua orang ini secara langsung membentuk kepribadian saya. Buku membuat kita sadar bahwa otak perlu diisi. Pesta membuat kita selalu percaya kita makhluk sosial yang butuh teman. Cinta adalah gabungan keduanya, kita butuh logika dan teman hati.
Untuk dia yang sudah tiga tahun bersama. Saya yakin dia lah orang paling berjasa dalam kehidupan saya di kampus. Seperti Summer, dia adalah orang yang penuh dengan kenangan. Aneh rasanya tak bisa merasakan wisuda dengannya. Tapi Tuhan selalu punya rencana. Mungkin tugasmu hanya mengantar saya sampai disini. Terimakasih untuk tiga tahun yang sangat berkesan. Doaku selalu menyertaimu.
Dan untuk kamu yang sedang mendengar “If I Fell”. Terimakasih telah mengganti The Milo dengan The Beatles. Tapi semua selalu ada waktunya. Pergantian musim membutuhkan waktu serta menimbulkan flu. Dan kamu tahu itu.
Dalam sebuah tulisannya Dee pernah bilang kita butuh spasi dalam tulisan. Spasi memberi jarak namun juga mendekatkan. Sebuah tulisan menjadi berarti karena jarak yang diberikan spasi. Semoga selalu ada spasi dalam hubungan ini.
Saya kini berpikir, apakah buku, pesta dan cinta merangkum semuanya? Menurut saya tidak. Ada banyak hal yang membuat saya berpikir saat kuliah, Ini fase terpenting yang pernah saya alami dalam hidup. Buku, pesta dan cinta mungkin hanya setitik kecil untuk belajar bagaimana menghadapi yang satu ini. Mata kuliah terpenting menanti di depan. Mata kuliah hidup tepatnya. Kita tak pernah tahu apa yang terjadi di depan namun dengan buku, pesta dan cinta saya tahu harus berbuat apa.
*dibuat sambil mendengarkan Album Keane (Under The Iron Sea). Maaf saya pelit berterimakasih, tapi inilah yang muncul dari dalam hati.
                                                                                                                                                             

20 thoughts on “Tentang Buku, Pesta, dan tentunya Cinta

  1. rocky says:

    sial, aku paling “benci” tulisan ngene, semoga cpt jadi wartawan sindo pakdhe, hahaha 🙂

    Like

  2. Kalau tulisan ini sampe minta di turunkan atau dihilangkan lagi, saya sepertinya akan menghubungi komnas ham. :p

    good writing su,
    terutama bagian kalimat “teman adalah pintu dunia”.
    baru kali ini saya mendengar prosa tersebut. 😀

    Like

  3. Ardi Wilda says:

    @rocky: asulah koe rok, haha
    @brama: sampe titik darah penghabisan aku gak bakal nurunin tulisan ini gan

    Like

  4. mayda says:

    ji**** koe we, marakke tisu ku entek..

    Makasi ya awe,saya pastikan nama anda juga muncul di lembar terimakasih saya nanti..hahaha

    Like

  5. wakaing says:

    sukses masbro….

    Like

  6. Fadjrin says:

    kowe pancen kok we..
    tulisanmu nampak tampan untuk dibaca 🙂

    Like

  7. “sampe titik darah penghabisan aku gak bakal nurunin tulisan ini gan”

    Brama Danuwinata Likes This !

    Like

  8. rocky says:

    @ tami: tapi foto ne kui sangat tidak tampan y tam, hahahaha

    Like

  9. Adityawiras says:

    mulai hari ini, koe kekar banget we.
    selamat bergabung di klub kekar.
    *jabat tangan.

    Like

  10. Andrea says:

    Awe. Selamat ya lulus sarjana, semoga kamu juga lulus mata kuliah hidup itu! Sebelum cabut Jogja, NGEGIGS BARENG RATU LAGI DONGS.

    Like

  11. wah dadi terharu aku tapi tetep wegah gawe status in relationship ng FB karo koe

    Like

  12. Mizmyth says:

    we tulisanmu sungguh kekar, sampai pada kamu menyebut lagu The Beatles “If i Feel”, itu bukannya “if I fell” ya?
    apa saya yang salah? atau karena typo setitik rusak tulisan sekekar-kekarnya?

    best quotes : “Pergantian musim membutuhkan waktu serta menimbulkan flu”
    *acung jempol*

    Like

  13. Kemas says:

    Wuasu kok cen kowe ki..marai aku melo bengi bengi. Btw, saya setuju dengan mbak mizmyth, yang betul adalah if I fell!. Haha rungokne pakde..ojok jack johnson terus ngahahaha. Kembalilah ke jakarta bung, niscaya kerasnya ibukota akan melebih kejamnya ibu tiri *opo toh*

    Like

  14. awe says:

    afu wes akeh le berkunjung, haha

    @mayda: berlebihan koe may, ngising ae kono 😀
    @bang ipul: siap bang, quotemu pancen oye
    @tami, brama, roki: ngising do an koe ki 😛
    @adit kekar: ditunggu buku kekar for dummiesnya
    @andrea: pasti ndre, apapun profesinya ngegigs kegiatannya
    @mizmith: ah aku benci salah ketik, sudah saya benahi mbak
    @kemas: ah kangen koe aku kem

    Like

  15. wah sangar…. 😀 ngerjain etikom lagi le?

    Like

  16. nindi says:

    wowwww, lagi-lagi mas Awe membuat aku berdecak kagum.
    semoga sukses jadi wartawan, mas! 🙂

    Like

  17. Wisnu Martha says:

    “Untuk dia yang sudah tiga tahun bersama. Saya yakin dia lah orang paling berjasa dalam kehidupan saya di kampus. Seperti Summer, dia adalah orang yang penuh dengan kenangan. Aneh rasanya tak bisa merasakan wisuda dengannya…” Bagian ini yg paling puitis sekaligus gahar. Selamat ya Awe…terima kasih juga telah lumayan ngobrol dgn saya 🙂

    Like

  18. jak jaki! says:

    we, sesuk jenegmu bakal mlebu cerito ku nggo anak ku, “ojo pisan-pisan kenal awe, wong kampret sa' ndonyo…”

    Like

  19. oyya says:

    bagus, selalu bagus tulisan lo we..

    Like

  20. Rio Praditia says:

    mata saya akan memanas bila salah seorang teman saya menuliskan ini untuk saya. Good testimonials bro

    Like

Leave a reply to nindi Cancel reply