Sidekick

Urip mung mampir ngejus

Dalam Rolling Stone Indonesia edisi Mei ini terdapat wawancara menarik dengan Dira Sugandi, sang biduanita jazz muda terbaik negeri ini. Yang membuat menarik adalah wawancara Dira ditutup dengan pertanyaan, bagaimana ia mau dikenang setelah tiada. Si penyanyi didikan Incognito ini menjawab “Saya tidak harus menang Grammy, seperti Billie Holiday, misalnya. Dia sudah lama tiada tapi orang-orang masih, ‘Gila banget dia’. Orang gak akan pernah lupa. Saya ingin diingat seperti itu, sederhana.”
Saya suka dengan penutup tulisan itu. Menurut saya itu seperti antitesis dari apa yang diucapkan William Wallace dalam “Braveheart”. Pahlawan Skotlandia itu mengeluarkan quote apik di film tersebut, “Every man dies not everyman really lives”. Setiap orang punya keinginan untuk dikenang dan setiap orang punya cara masing-masing mengenai bagaimana ia hendak dikenang. 
Quote dari Wallace mencerninkan bagaimana kita harus berarti bagi orang lain dalam hidup. “Not everyman really lives” seperti manifesto mengenai setiap  orang harus punya sesuatu untuk dikenang dengan caranya masing-masing. Namun Wallace ingin dikenang sebagai sosok monumental, ia ingin dikenang sebagai sebuah puncak, ia seperti emas di tugu monas.
Dira dan Billie Holiday berbeda dengan Wallace mereka tak ingin dikenang sebagai puncak. Mereka ingin dikenang sebagai sesuatu yang “mendirikan”. Mereka ingin dikenang secara sederhana sebagai sosok yang sejajar dengan kita. Karena tendensinya untuk menjadi sejajar (yang juga bisa dibaca rendah hati) mereka memiliki jenis puncak yang lain. Dan tak semua orang rela tak berada di puncak, karena itu baik Dira maupun Billie menjadi spesial.
Mana yang lebih baik diantara keduanya? Jawabnya sama-sama baik bagi saya. Ini bukan jawaban normatif tapi memang keadaannya seperti itu. Setiap bangunan butuh puncak dan fondasi. Setiap manusia bisa menjadi puncak dan bisa juga (tidak) hanya menjadi fondasi. Fondasi yang kokoh adalah awal dari puncak yang kuat.

Tak banyak orang yang ingin dikenang sederhana menjadi fondasi. Tokoh-tokoh ini kerap dikenal dengan sebutan sidekick. Sidekick adalah sebutan untuk seseorang atau tokoh yang mendukung tokoh lain. Jika anda belum paham, maka contoh ini akan langsung membuat anda paham. Batman adalah tokoh utama dan Robin adalah sidekick-nya. Robin tak akan pernah dan tak akan mau jadi tokoh utama, dia sidekick yang paling setia. Dan Robin akan dikenang dengan cara berbeda dengan bagaimana orang mengenang Batman. 

Di kehidupan serba cepat, modern dan dipenuhi motivator yang cuap-cuap di akhir pekan menjadi sidekick akan dibilang memalukan. Menjadi nomor dua itu tak ada artinya. “Salam super!” kata si motivator akhir pekan. Super adalah yang paling tinggi, ia puncak dan ia congak. Sidekick tak pernah bertendensi jadi puncak atau congak. Tendensi sidekick adalah memotivasi, ia fondasi untuk menjadi puncak. 
Bagi  saya tak ada salahnya menjadi sidekick. Ia akan dikenang dengan cara yang lain. Ia apik, ia dibawah bayang-bayang tapi sekaligus menciptakan tokoh utama. Menjadi sidekick sama sekali tak memalukan, sidekick berbeda dengan nomor dua, ia nomor satu dalam tataran yang lain. Tak ada salam super dari sidekick, yang ada hanya salam membantu dan membangun. 
Sepertinya kita harus banyak belajar pada Robin, Dira Sugandi dan Billie Holyday. Tak semua orang rela berhati besar ingin dikenang sederhana sebagai orang yang membentuk tokoh utama. mereka bukan tokoh puncak tapi mereka punya tempat spesial di hati saya. Mereka mengajari kalau di setiap puncak selalu ada fondasi. Dan ketika semua orang hendak menuju puncak tapi tanpa fondasi maka selamat datang kehancuran.  

3 thoughts on “Sidekick

  1. rocky says:

    sampean akhir2 ini makin bijak, ki sanak,, apakah karena musim telah berganti?wkwk :p

    Like

  2. Ardi Wilda says:

    bisa jadi kakak, musimnya lebih sabar kakak 😀

    Like

  3. mimit says:

    sudah bukan musim kawin ya…? ya iya, laaahhh… mau kawin sama siapaaa??? 😀
    tapi saya setuju seratus persen bahwa sidekick bukan nomer 2… dia nomer 0,5!!!!

    Like

Leave a comment