Sidekick

Urip mung mampir ngejus

#instadream, sebuah proyek mengarsipkan cita-cita masa kecil.
Saya ingat ketika kecil dulu cita-cita saya selalu berganti. Melihat Bang Koyor yang begitu gagah dengan pakaian hansip saya langsung menyatakan diri ingin menjadi hansip. Dengan baju hansipnya ia bisa keliling kampung dan semua orang tunduk padanya. Setelah beranjak dewasa saya baru tahu kalau Bang Koyor adalah preman kampung yang ditakuti banyak orang. Alasan dirinya dijadikan hansip sederhana, seperti mengamini idiom, “Yang paling nakal yang diberi kepercayaan”.
Tak berhenti sampai Bang Koyor saya pernah bercita-cita menjadi tukang es krim Walls. Alasannya hanya karena saya ingin bisa menikmati Apollo sebanyak mungkin. Istilah Apollo sendiri merujuk pada sebuah varian es krim walls yang berbentuk seperti kapal luar angkasa. Saat itu harganya lima ratus rupiah. Karena kemampuan ekonomi orangtua saya dulu, maka hanya varian itu yang bisa saya jangkau. Conello dan sebagainya jelas jauh dari angan-angan. Maka menjadi tukang es krim adalah solusi tepat menjawab mimpi menikmati banyak es krim Apollo.
Kelompok “Fa” sedang menyusun #instadream versi mereka.
Saya ingat cita-cita tersebut karena ingatan yang lumayan kuat. Kisah itu membuat saya tersenyum sendiri setiap mengingatnya. Begitu konyol dan sederhana, terkesan naïf bahkan. Namun selalu ada bagian dari hidup kita yang konyol bukan? Sayangnya kita sering lupa mencatatnya, melupakan begitu saja orientasi dan tujuan hidup kita saat kecil. Padahal bila didokumentasikan akan menjadi kisah menarik suatu saat nanti.
Pendokumentasian mimpi menjadi sebuah solusi yang sedikit naïf namun cukup menarik bagi saya. Dengan dokumentasi (apalagi visual) kenangan saya mengenai menjadi hansip atau tukang es krim walls misalnya akan punya sebuah tempat tersendiri. Saat saya tunjukkan pada anak saya kelak misalnya boleh jadi menjadi obrolan yang menarik. Dari sana kita menjadi tahu, dulu mimpi kita begitu sederhana, atau lebih luas kita pernah jadi manusia yang begitu simpel.
Saya tak ingin mengulangi kelalaian minimnya dokumentasi mimpi. Kelalaian serupa jangan sampai terjadi untuk murid saya. Untuk menjawab hal itu maka saya membuat #instadream. Ada dua hal yang menginspirasi saya membuat ini. Pertama, ya anda benar, aplikasi instagram. Ada sebuah esai menarik soal instagram (sayang saya lupa siapa penulisnya) yang mengatakan bahwa instagram lebih mirip visual diary ketimbang fotografi. Semangatnya lebih pada berbagi visual apa yang kita lihat sehari-hari. Membagikannya dan semua orang melihatnya, seperti berkata, “Ini hidupku” bukan “Ini hasil jepretanku”.
Kelompok “Do”sedang mewarnai papan #instadream.
Inspirasi kedua datang dari proyek sederhana Edward Suhadi, fotografer yang banyak membantu pencatatan visual program Indonesia Mengajar. Ia membuat sebuah proyek sederhana bernama instawall di kantornya. Konsepnya mirip dengan lomo wall yang sempat populer di periode 2007-2009. Ia mencetak foto-foto yang menarik dan menaruhnya di dinding kantor. Melewati itu maka kita bisa melihat catatan perjalanan visual sang empunya kantor. Seperti semangat ala instagram yang dicetak dan ditempel di dinding, mungkin itu kenapa namanya instawall.Video mengenai proyek instawall yang digagas Edward Suhadi bisa dilihat di sini.
Dua hal tersebut menginspirasi saya dan teman-teman kelas 4 di sekolah untuk mewujudkan #instadream. Konsepnya amat sederhana, kami menempelkan foto-foto kami disertai cita-cita apa yang hendak kami capai. Satu anak diwakili oleh foto dirinya dan sebuah balon cita-cita miliknya. Kemudian foto dan balon ini akan ditempel di dinding kelas. Semacam sebuah dokumentasi bahwa setiap anak memiliki cita-citanya masing-masing.
Impian Amat di #instadream, menjadi tentara.
Pada dasarnya #instadream adalah sebuah catatan personal mereka mengenai cita-cita yang hendak digapai. Lewat #instadream mereka tahu ada tujuan yang hendak mereka gapai. Ada sebuah mimpi yang dijawantahkan dalam balon-balon udara. Mereka memiliki arsip cita-cita di tempat mereka akan mulai menggapainya, di mana lagi kalau bukan di kelas.
Kini #instadream itu tertempel dengan cantik di belakang kelas empat. Ada Dea yang bercita-cita menjadi dokter, Amat yang bercita-cita menjadi tentara, Deni si calon Kiper Indonesia, tak lupa Vena si calon astronot pun Yuyun yang bercita-cita menjadi guru agama. Cita-cita mereka kini tertempel di belakang kelas. Pada #instadream cita-cita mereka terdokumentasikan dengan baik. Ketika menjadi dokter, tentara, astronot, kiper Indonesia atau guru agama mereka akan mengingat semua berawal dari goresan cita-cita mereka di #instadream. 

Kumpulan cita-cita kelas 4 di #instadream.

Video mengenai proyek ini sila dilihat di sini. 

2 thoughts on “#instadream

  1. Halo..blognya bagus.. salam kenal x)

    Like

  2. Ardi Wilda says:

    @Ulka: terimakasih sudah berkunjung 🙂

    Like

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: