Apa yang membuat amarah membuncah? Jawabnya sederhana: Air mata yang tumpah.
Ini cerita seorang kawan yang saya kenal sejak delapan tahun lalu. Saya meragukannya saat pertama kali kenal. Kami sama-sama menjadi relawan pengajar di wilayah Selatan Sumatera.
Ia sangat berbeda dengan saya. Tipikal anak pintar di kampus, hidupnya tertata rapi, dan selalu bertindak dengan rencana. Sementara saya adalah antonim dari itu semua.
Sayangnya, stereotipe memang bekerja dengan cara yang jahat, sangat jahat. Saya termakan stereotipe itu.