Sidekick

Urip mung mampir ngejus

Band ini membuktikan mereka legenda hidup musik Indonesia asli Yogyakarta.

 

 

Jakarta – Jika Anda datang ke Liquid Cafe, Yogyakarta pada hari Senin (16/5) lalu pasti akan menyangka Sheila On 7 salah memilih lokasi konser ulang tahunnya. Kafe yang biasa digunakan untuk acara-acara kecil ini tiba-tiba dipadati oleh ribuan SheilaGank (sebutan untuk fans Sheila On 7) dari seluruh Indonesia.

 

SheilaGank dari ujung barat Sumatera sampai pelosok Jawa sudah memadati venue sejak dua jam sebelum konser dimulai. Tentu para penggemar fanatik band yang dikomandani Duta itu tak ingin ketinggalan menyaksikan lima belas tahun perjalanan kuartet asal Yogyakarta ini.

 

 

Konser ulang tahun ini dibuka penampilan dari Jagostu dan Yakuyaya yang merupakan band side project para personel Sheila On 7. Menjelang tengah malam Duta cs langsung menggebrak dengan “Have Fun” sebuah lagu dari album teranyar mereka.

 

 

“Harapan saya, jumlah kalian tidak kurang dari ulang tahun yang lalu saja sudah alhamdulillah, tapi ternyata malah banyak banget, gila ini udah kaya konser di stadion,” ujar Duta yang kaget dengan antusiasme tinggi dari penonton.

 

 

Selesai dengan lagu pembuka, penonton langsung melakukan koor massal saat band yang sudah mengeluarkan tujuh album studio ini melantunkan “Kita” yang sangat legendaris.

 

 

“Kalau backing vokal-nya sebanyak ini, sampe empat puluh lagu juga nggak bakal habis ini konser,” ujar Duta mengomentari koor massal yang dilakukan penonton.

 

 

Sulit menyebutkan hits yang tidak dibawakan oleh Sheila On 7 malam itu. Semua hits dari band satu juta kopi ini dimainkan dalam konser perayaan satu setengah dasawarsa mereka.

 

 

Sebut saja “Sahabat Sejati”, “Kisah Klasik Untuk Masa Depan”, dan “Jadikanlah Aku Pacarmu (JAP)” dimainkan dengan sangat apik malam itu. Tak terhitung pula berapa kali Duta mengucapkan terimakasih kepada penonton atas antusiasme mereka.

 

 

“Saya yakin semua yang datang disini lebih hafal lagu-lagu Sheila ketimbang Duta sendiri,” seloroh Eros menanggapi penonton yang tak pernah berhenti bernyanyi bersama sepanjang konser.

 

 

Wajar rasanya para personil Sheila On 7 tampil lepas dan penuh senyum sebab penonton malam itu memang luar biasa antusias. Bahkan beberapa penonton melakukan moshing dan membentuk circle pit saking bersemangatnya. Warna musik Sheila On 7 boleh kental pop namun semangat penonton malam itu laksana penggemar band rock.

 

 

Namun Sheila On 7 tetaplah band pop sederhana nan manis, mereka menutup konser dengan “Pasti Ku Bisa” dan “Tunjukkan Padaku” yang kental nuansa pop dengan lirik sederhana ala Sheila On 7.

 

 

Menurut Duta bukan tanpa alasan mereka memilih venue kecil untuk merayakan ulang tahun mereka. “Kami pingin yang nonton Sheila bener-bener tahu kita, bukan sekedar orang yang datang karena ada keramaian. Kami mau mereka datang karena kita,” ungkap Duta.

 

 

“Karena emang mau buat istilahnya small gigs for a big fans, bisa aja konser di stadion untuk ulang tahun yang kelima belas, tapi keintiman dan kehangatannya bakal berkurang jauh banget,” ujar Adam menambahkan.

 

 

Sebagai sebuah rangkuman lima belas tahun perjalanan band yang populer lewat album self titled mereka di tahun 1999, konser ini bakal dikenang sebagai salaah satu konser Sheila On 7 paling apik. Konser ini mampu menyampaikan semangat musik Sheila On 7 yang sederhana namun terus melegenda dan diingat. “Semoga kami bisa bertemu lagi tahun depan, sepuluh tahun lagi, dan tahun-tahun berikutnya,” teriak Duta menutup konser malam itu.

 

 

Selesai konser Rolling Stone menemui Adam yang tertinggal sendirian di backstage. “Maaf yang lain izin absen wawancara, mereka udah pulang soalnya capek banget,” ungkap pembetot bas ini yang kalau dilihat dari raut wajahnya juga memancarkan keletihan. Wajar rasanya, sebab mereka baru saja memainkan konser tiga jam nonstop.

 

 

Di setlist konser mereka tercatat ada 24 lagu termasuk dua encore yang mereka mainkan. Meski letih Adam tetap antusias menceritakan apa yang Sheila On 7 alami selama lima belas tahun ke belakang.

 

 

Adam membuka obrolan dengan bercerita bahwa antusiasme tinggi di konser malam ini tak bisa dipungkiri karena kesuksesan album Berlayar yang baru mereka rilis. “Kelihatan banget lah warna musik Sheila di album ini, mungkin karena kami juga tambah dewasa, pergaulan nambah, referensi juga makin kuat,” ujarnya.

 

 

“Saya rasa hubungan personil di tiap band berpengaruh banget ke karya mereka. Di album ini kami udah dewasa. Titik baliknya di album 507 ke Menentukan Arah sebenarnya. Kami belajar banyak banget cara komunikasi dalam sebuah band disana. Sebelumnya kami kan sempat nggak terlalu beres hubungannya dan kehilangan dua personil, itu pasti bawa pengaruh juga. Tapi kalau kondisinya harmonis seperti sekarang misalnya pasti akan ngikut ke karyanya juga,” ungkap pemain bas yang bermain gitar di Yakuyaya, bandnya bersama Duta.

 

 

Ia kemudian menjelaskan bagaimana mereka melewati masa sulit selama lima belas tahun.

 

 

“Jujur kami tenar saat muda banget. Awal-awal kami kaget respon dari orang bisa sebegitu besarnya. Akhirnya hal itu bikin kami lupa banyak hal, kami cuma buat lagu, konser terus buat lagu lagi terus konser lagi, jadi rutinitas aja akhirnya. Jeleknya kemudian kami merasa setiap ada masalah didiamkan dan ditunda-tunda buat diselesain. Kami mikir kan kami teman juga ngapain lah dibesar-besarin. Tapi justru disitu awal masalah besarnya, akhirnya ya udah buat bahan belajar aja sekarang,” ujarnya.

 

 

Tak banyak band di negeri ini yang menginjak umur lima belas tahun dan Sheila On 7 kini adalah salah satunya.

 

 

“Selama lima belas tahun kami emang udah dapet banyak banget, tapi saya rasa bukan itu yang penting. Justru pertanyaan pentingnya seberapa jauh kami bisa melangkah. Belum lama ini kami sepanggung sama Yon Koeswoyo-nya Koes Plus. Kami terus mikir, gila nih orang, umur segitu tetap ngeband dan enjoy banget, kami pingin kaya gitu. Seberapa jauh sih ini band bisa melangkah ke depannya, pertanyaan pentingnya itu,” ungkap Adam.

 

 

Bassist yang tampil dengan jaket hitam itu menutup perbincangan dengan menceritakan bagaimana Sheila On 7 ingin dikenang.

 

 

“Kami cuma mau dikenang sederhana, mau dikenang sebagai band yang orang-orangnya senang bermain musik, sesederhana itu aja,” tutupnya.

 

 

Boleh jadi ribuan orang yang menonton konser lima belas tahun Sheila On 7 akan mengamini apa yang dikatakan Adam. Terlalu banyak kerikil dan masalah yang ditemui band asal Yogya ini dalam lima belas tahun perjalanannya. Hanya satu yang terus menyatukan mereka, baik Duta, Eross, Brian dan Adam bertahan karena mereka senang memainkan musik yang mereka bawakan, sesederhana itu.

 

Artikel ini dimuat dalam Rolling Stone Indonesia (Online) pada 18 Mei 2011