“Menonton Penonton” (Film Dokumenter, 2014)
Sebuah dokumenter pendek tentang penonton bayaran di televisi. Bercerita tentang Ali, satu dari 120 orang penonton yang hadir setiap hari di acara musik pagi.
Mendatangkan Ali dan ratusan orang lain tentu bukan perkara mudah. Adalah Harsono, seorang koordinator penonton bayaran, yang memulai usahanya beberapa tahun silam. Ia mengumpulkan orang untuk muncul di TV dengan imbalan sejumlah uang.
Dalam kemeriahan acara musik pagi ada Ali, Harsono, dan ratusan penonton lain yang jauh dari gemerlap citra televisi. “Menonton Penonton” adalah dokumenter pendek mengenai sisi lain industri televisi kita. Sebuah usaha bertanya kembali, apa makna muncul di televisi?
Film ini menjadi finalis kompetisi Festival Film Dokumenter 2014.
Diputar dalam program non-kompetisi Festival Film Purbalingga 2015.
Diputar dalam kompilasi program “Telisik Televisi” Kineforum pada Mei 2015.
Ulasan mengenai film ini di Remotivi bisa dibaca di sini
Baca juga review Geo Times di sini
“Maaf, Bioskop Tutup” (Film Dokumenter, 2010)
Film ini bercerita tentang tutupnya Bioskop Permata dan Bioskop Indra, dua bioskop tua terakhir di Yogyakarta. Tepat 1 Agustus 2010, Bioskop Permata menyatakan diri tutup. Banyak masalah yang membuat bioskop ini tutup, film pendek ini mengungkap masalah yang mendera bioskop tua. Sebuah cerita tentang berakhirnya sejarah panjang cinema di Jogja. Film dokumenter ini berhasil menggaet penghargaan sebagai Film Terbaik Juri Komunal dalam Festival Film Dokumenter di Yogyakarta tahun 2010.
Riset mengenai film ini dapat dibaca di sini.
“Kotak Ajaib” (Video Art, 2011)
Video Art ini mencoba bermain-main antara medium dua dimensi dan tiga dimensi. Video berdurasi tak lebih satu menit ini mendapatkan apresiasi dengan meraih Video Art terbaik dalam Kompetisi Kompas Muda pada 2011.
“Intan di Permata” (Film Dokumenter, 2008)
Intan Winarni adalah seorang pegawai Bioskop Permata di Yogyakarta, sebuah bioskop yang kerap dipersepsikan bioskop dengan konten film porno. Nyatanya Intan jauh dari persepsi kebanyakan orang, ia seorang muslimah yang taat. Di bioskop ini Intan sehari-hari berinteraksi dengan atasannya, Pak Bagyo yang merupakan salah seorang pegiat Gereja, juga Pak Jamsuki, seorang projectionis bioskop yang merupakan seorang muslim yang taat. Dalam bioskop yang dianggap jauh dari nilai-nilai keagamaan, justru muncul sebuah refleksi toleransi beragama yang manis. Film ini mendapat penghargaan Piala Rektor UGM pada tahun 2008.