Sidekick

Urip mung mampir ngejus

Karena sebuah alasan saya dan Imam Solihin sedang keranjingan piknik. Beberapa hari ini kami mencari tempat piknik yang asyik. “Gw kalo piknik sama Mbak Mira jauh we, di Kulon Progo gitu,” kata Intan, kekasih Imam yang senang berpiknik bersama Mbak Mira (dalam postingan berikutnya saya akan bercerita mengenai sosok ini dan rumah makannya). Dari situ saya kemudian berpikir apakah piknik hanya bisa dilakukan ke tempat-tempat yang jauh. Saking penasarannya saya pun melakukan riset kecil mengenai hal ini.
 
Riset kecil pertama saya adalah dengan mencari arti kata piknik di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Dalam KBBI piknik didefinisikan dengan, “Bepergian ke suatu tempat di luar kota untuk bersenang-senang dng membawa bekal makanan dsb; bertamasya: hari ini mereka — ke Cibodas”. Ada satu hal penting disana, “bepergian ke suatu tempat di luar kota”. Oke fakta pertama secara definisi berarti piknik harus pergi ke luar kota. 
Riset kedua kemudian saya lakukan dengan lebih sederhana. Saya menggoogling kata piknik (bukan picnic). Hasilnya sungguh mengejutkan, di posisi paling atas diduduki oleh software editing foto bernama picnik. Padahal sebagai sebuah kata kerja dalam Bahasa Indonesia semestinya kata ini memiliki tautan yang langsung merujuk pada kegiatan ataupun institusi yang terkait dengan kata ini. Piknik berarti tak begitu populer di dunia maya. Kalau ada yang bilang dunia maya adalah masyarakat versi 2.0 berarti  piknik tak populer di masyarakat. 
Nyatanya piknik cukup populer di masyarakat. Hal ini diungkapkan oleh Ale dan Nona Sari dari White Shoes and The Couples Company (WSATCC) saat saya liputan mengenai Pameran Foto dan Pagelaran Album Vakansi yang dilakukan di MES 56. Dari pameran foto mengenai kegiatan Vakansi masyarakat Indonesia mereka menemui fakta bahwa berlibur adalah sebuah kegiatan yang kerap dilakukan oleh orang Indonesia. Dalam KBBI sendiri vakansi bersinonim dengan berlibur, sebuah kata yang dekat dengan piknik. Maka aneh rasanya jika google dalam hasil pencariannya tidak banyak mentautkan kata piknik pada kegiatan yang kita pahami sebagai pengisi liburan.
Beruntunglah saya menemui sebuah tautan menarik mengenai piknik di google. Namanya cukup simpel, “piknikasik”. Ternyata ini adalah sebuah kegiatan di beberapa kota yang mengajak orang-orang secara sukarela untuk melakukan kegiatan piknik bersama. Setiap orang membawa peralatan piknik masing-masing mulai dari tikar, makanan, minuman, dan beragam permainan lainnya. 
Buat saya apa yang dilakukan piknikasik sangat menarik. Mereka menawarkan sebuah semangat kebersamaan yang mengasyikkan. Esensi mereka kebersamaan, bungkus mereka acara mengasyikkan.”Anjir anjir mukenye bahagia bener men,” kata saya spontan kepada Imam ketika melihat video piknikasik yang mereka upload di blog mereka. “Asyik ya,” celetuk Uci, teman baru saya yang juga seorang adik kelas Andrea saat melihat foto kegiatan piknikasik. 
Saya kemudian menyadari satu hal penting dalam kegiatan ini. Akan saya kutip dari  pernyataan mereka di blognya, “Tujuan kami adalah agar selain lebih hemat dan tidak mengeluarkan banyak biaya, tapi kita juga memberikan alternatif lokasi yang menyenangkan dan hangat untuk dibuat berkumpul saat weekend. Tanpa disadari sebenarnya banyak tempat tempat menarik yang ada di sekeliling kita dan untuk itu bersama piknik asik, mari kita jelajah bersama dan bercanda disana.” 
Piknikasik benar, sebenarnya banyak sekali tempat menarik yang ada di sekitar kita. Tinggal bagaimana kita merespon tempat-tempat tersebut. Kebun samping rumah, pohon depan rumah Pak RT, hutan samping kantor RW ataupun kebun kecil lainnya bisa kita jadikan tempat bermain yang mengasyikkan. Piknikasik juga mematahkan definisi piknik dalam KBBI terkait piknik harus dilakukan di luar kota, mereka berhasil melakukannya di dalam kota. Bukan perkara masalah geografis dalam atau luar kota, tapi bagaimana kita pintar-pintar meresapi keasyikan yang bisa ditimbulkan oleh sebuah tempat. Bagi saya sendiri piknik memiliki pesan yang lebih penting ketimbang sekadar kegiatan yang mengasyikkan. 
Kegiatan mengasyikkan yang dihadirkan piknik lama sekali tak saya rasakan. Kegiatan piknik mungkin terlalu lekat dengan romantisme belaka. Tikar, rantang, kue kecil, warna vivid dalam foto dan lagu “Piknik 72” dari Naif seperti sebuah nuansa yang tak bisa kita genggam. Padahal piknik menghadirkan kebutuhan manusia yang paling sederhana, pertemuan dan dialog. Di dalam piknik kita bertemu dan berdialog dengan orang lain, dengan senyuman tentunya, bukan dengan kening yang penuh kerutan kemarahan. 
Piknik mengembalikan manusia pada fitrahnya. Bertemu sesama, berbagi tentang segala hal. “Menurut gw orang tuh suka ke pantai, suka piknik dan liburan karena mereka liat cakrawala luas gitu we, sehari-hari pandangan kita kan terbatas, mentok sama bangunan-bangunan, nah saat piknik pandangan kita enggak terbatas,” kata Imam sedikit berfilosofi soal piknik. Imam ada benarnya, kita terlalu muak dengan kehidupan sehari-hari. Piknik mengasyikkan bukan karena ia berhasil sebagai pelepasan kehidupan sehari-hari. Di tiap kunyahan makanan dan keceriaan piknik kita diingatkan kembali yang paling esensial adalah pertemuan dan perbincangan dengan sesama dalam sebuah senyuman.
   
Ditulis sambil mendengarkan Brilliant at Breakfast. Untuk merayakan piknik, saya dan Imam Solihin mengajak semua anak komunikasi datang ke acara piknik KOM.UNIK.ASIK (untuk detailnya silakan liat disini)

Leave a comment