Sidekick

Urip mung mampir ngejus

Dulu saya percaya orang di samping saya adalah orang yang akan menemani saya dalam menulis. Membubuhkan kata bersama, terkadang menyisipkan koma atau juga meralat masing-masing kata diantara kita. Kami percaya kami bisa menulis bersama dalam sebuah kertas yang bisa dibaca oleh anak-anak kami kemudian. Kami menyusunnya setiap hari sedikit demi sedikit. Berharap kertas kami akan terus terisi.
Sayang pada akhirnya kami harus berhenti. Kami menulis sebuah titik panjang di karangan kami. Bukan lagi koma yang kami tulis melainkan sebuah titik panjang. Adalah kesalahan saya ketika orang di samping saya akan menulis bersama dengan orang yang lebih baik dalam menyusun sebuah cerita. Saya sedih karena harus menulis sendiri. Tapi setiap penulis berhak menentukan dengan siapa ia akan menulis. Melanjutkan cerita ini sendiri rasanya sulit di awal.
Saya kemudian bertemu dengan orang yang menjadi rekan menulis saya lagi. Saya senang kembali bisa meneruskan tulisan ini bersama seseorang. Namun saya tak bisa meneruskan tulisan ini bersamanya. Saya menolak sebuah alinea baru, menolak sebuah alinea baru yang bisa berujung bahagia. Saya terlalu banyak menuliskan koma di karangan baru saya. Banyak jeda disana, membuat kami meyadari ini sulit menjadi sebuah karangan baru. Ini hanya alinea baru yang sangat berkesan bagi lanjutan karangan ini. 

Pada akhirnya kini saya menulis sendiri, sendirian tepatnya. Saat menulis berdua kita akan menemukan banyak fakta diolah dengan lebih tajam, ada dialog dalam karangan tersebut dan beragam kelebihan lainnya. Namun menulis sendiri akan membuat karangan kita amat personal. Kita bisa membubuhkan cerita apapun disana, menyisipkan tanda baca sesuai yang saya inginkan, saya bisa tiba-tiba menaruh koma atau titik disana. Memilih lagu yang diputar saat proses penulisan sesuai dengan kemauan sendiri tanpa perlu memikirkan referensi musikal teman menulis kita. Semua tergantung sang penulis.
Terkadang menulis sendiri memang amat sunyi. Tak ada penyemangat ketika kita membubuhkan tanda titik diantara alinea baru. Tak ada yang mengingatkan ketika kita salah menuliskan sebuah kalimat yang berakhir pada ketidaksinkronan cerita. Tapi menulis sendiri akan mengasyikkan untuk dilakukan sebagai sebuah petualangan. Ketika seseorang berhasil melalui tahap ini maka karangannya akan sangat personal dan mengasyikkan.
Saya sedang menulis sendiri dan tidak sedang berharap menulis berdua. Lain waktu saya yakin akan menemukan kembali partner menulis saya entah dimana. Orang yang bisa membubuhkan kata-kata, tanda baca atau ungkapan di karangan kami.  Sambil menulis tentunya kami bisa saling berbagi lagu apa yang akan menemani kami, bisa pilih Beirut ketika karangan ini menuju ke suasana romantik atau Kaiser Chiefs ketika kami ingin sedikit menggerakkan kaki. Tapi itu nanti. Kini saya sedang menulis dan menikmati karangan ini sendiri.
*tulisan ini juga didedikasikan untuk rekan saya Beryl Girsang. Ditemani Love Will Tear Us Apart (Joy Division Cover) oleh Nouvelle Vouge. 

5 thoughts on “Menulis Sendiri

  1. rocky says:

    woalah istilah “menulis sendiri ” ne nadia ki seko kene toh,,,menulis ki nganggo keyboard, ora nggo crayon w :p

    Like

  2. Ardi Wilda says:

    woh nadia menulis sendiri dimana mas bro? hehe crayon juga penuh warna mas bro, gak boleh dilupain gitu aja lah 😀

    Like

  3. azizahlaurensia says:

    Mungkin bisa menemukan partner menulis di jagongan manten mas awe :p

    Like

  4. Ardi Wilda says:

    @ijah: boleh dicoba, dari jagongan manten malah bisa langsung lihat bonyoknya jah, langsung ngunduh mantu 😀

    Like

  5. greenboy says:

    Salam kenal mas Ardi 😀

    Saya pernah meminjam buku seseorang untuk ikut menulis cerita di dalamnya, sayang tulisan saya tidak bertahan lama, dan saya tidak dapat menemaninya untuk menulis bersama lagi. Dan dia pun sempat mengutip tulisan mas Ardi, “Setiap penulis berhak menentukan dengan siapa ia akan menulis”, I am so sad, but that's her choice, it's OK

    By the way, tulisan mas ardi mantap, saya suka dengan gaya berceritanya, benar-benar “Storyteller” 😀

    Like

Leave a comment