Sidekick

Urip mung mampir ngejus

Tadinya saya ingin mengutip quote seorang arsitek mengenai kegiatan menulis. Maksudnya agar pembuka tulisan ini terlihat sedikit keren dan intelek. Namun saya kemudian memutuskan untuk tidak mencuplik perkataan Maya Lin sang arsitek tersebut. Kenapa saya tidak jadi mengutip perkataan Maya Lin? Akan saya jelaskan di paragraf berikutnya karena sifat konservatif saya sedang kumat, satu paragraf itu satu ide pokok bung.
Kebanyakan orang menganggap menulis adalah kegiatan intelektual sehingga mereka seperti sedang sidang skripsi, menampilkan apa yang mereka tahu. Menulis kadang menjadi ajang pamer referensi agar terlihat intelek, karena itu kegiatan ini membuat bosan sebagian orang. Padahal bukankah menulis adalah soal bagaimana kita menyampaikan sebuah cerita? Tulisan hanyalah sebuah medium dalam bercerita bukan sebuah tujuan bagi saya.
Setiap orang tentu senang bercerita. Bagi saya itu alasan paling utama mengapa menulis adalah hak setiap orang. Atau secara lebih FPI (baca: secara lebih ekstrem) bisa dimaknai bahwa menulis adalah kemampuan yang harus dimiliki oleh setiap orang. Tanpa bermaksud mengecilkan peran pembantu, bahkan pembantu yang baik adalah mereka yang menulis daftar belanjaan. Alhasil menulis adalah sebuah kemampuan dasar yang (harus) dimiliki setiap orang. Oke paragraf ini ternyata punya dua pikiran pokok, saya gagal jadi konservatif.
Tidak semua orang berpikir bahwa menulis adalah kemampuan dasar. Menulis dianggap sebagai sebuah anugerah yang hanya dimiliki oleh orang-orang tertentu. Menulis menjadi begitu eksklusif dan hanya milik sebagian orang bertitel “Penulis”. Jika itu yang terjadi maka tulisan hanya jadi cerita para “Penulis”. Bukankah amat bosan jika cerita hanya muncul dari para penulis tersebut? Setiap orang punya kehidupan personal maupun pandangan pribadi yang menarik untuk dituliskan. Dengan begitu setiap orang pada dasarnya adalah seorang penulis.
Tahun lalu bersama beberapa rekan Komunikasi UGM kami mencoba mengajak setiap orang menjadi penulis. Konsepnya sederhana, kami membuat sebuah program bernama #31HariMenulis (dapat dilihat disini). Program ini hanya berlaku di intern Mahasiswa Komunikasi UGM. #31HariMenulis mengajak setiap orang untuk menulis secara marathon selama satu bulan penuh pada Bulan Mei. Setiap orang menulis satu postingan di blognya setiap hari. Tujuannya untuk membiasakan kita menulis dan meyakinkan bahwa setiap orang bisa menulis, tanpa kecuali.
Teknisnya seperti ini, setiap peserta yang ikut harus memposting satu tulisan dalam satu hari di blognya selama 31 hari di Bulan Mei. Jika dalam satu hari peserta tidak posting maka akan dikenakan denda sebesar Rp 20.000,-. Hasil kolektif denda ini akan dijadikan hadiah bagi pemenang utama #31HariMenulis. Pemenang adalah orang yang tak pernah bolong menulis dalam satu bulan dan dianggap juri sebagai orang yang postingannya menarik, tahun lalu Mbak Pulung bertindak sebagai juri. Namun pemenang tak memakan sendiri hadiah uang tunai tersebut, sebab 25% dari hadiahnya harus ia sumbangkan untuk kegiatan sosial.
Tahun lalu Syafiatudina aka Dina Camen (Komunikasi 2006, blognya bisa dilihat disini) muncul sebagai pemenang dengan menggondol hadiah Rp 1.400.000,-. Ia kemudian menyumbangkan 25% hadiahnya untuk komunitas pencinta satwa di Jogja dan Yes No Wave sebuah netlabel asal Jogja yang berkonsentrasi pada perkembangan musik indie (laporan pertanggungjawaban Dina bisa dibaca disini). Sumbangan 25% ini dimaksudkan agar acara ini tak semacam menjadi onani menulis semata melainkan juga memiliki sumbangan positif bagi komunitas yang membutuhkan. Keputusan mengenai akan dikemanakan uang 25% hadiah menjadi otoritas pemenang sepenuhnya.
Selain itu kami juga mengundang penulis tamu. Penulis tamu adalah mereka (baik akademisi maupun praktisi) yang mau berbagi mengenai beragam hal mengenai penulisan. Mbak Rika (@RikaNova) salah seorang alumni komunikasi yang kini menjadi wartawan sebuah harian ekonomi membagi cerita mengenai cara menulis berita ekonomi. Atau praktisi periklanan yakni Mbak Annisa Murakami eh Muharammi (@nicaang) berbagi mengenai cara menulis dalam bidang periklanan. Penulis tamu menjadi semacam media untuk menambah pengetahuan kita dalam menulis.
Menyenangkan rasanya mengadakan #31HariMenulis. Ini adalah perayaan ketika semua orang menjadi penulis. Ketika semua orang berhak bercerita. Ketika semua orang merasa percaya diri dengan apa yang mereka miliki. Tak ada yang lebih membahagiakan daripada hal ini.
Namun kebahagian menjadi sia-sia tatkala tak diteruskan. Kebahagiaan yang hakiki adalah ketika Mandra balikan dengan Munaroh. Maaf maksud saya kebahagiaan yang hakiki adalah ketika acara ini dapat berlanjut. Ketika acara ini bisa menjadi sebuah kegiatan rutin dari dan untuk mahasiswa Komunikasi UGM.
Namun kami yang tahun lalu (katakanlah) menjadi panitia acara ini undur diri untuk menjadi panitia. Saya pribadi sibuk mengajar dan memiliki akses internet yang lambat dan terbatas. Rekan-rekan panitia yang lain juga sudah sibuk dalam upaya mengejar titel SIP, ditambah beberapa panitia lain mulai menyambi bekerja di beberapa tempat. Terus terang kami tak bisa mengurus program yang kami cintai ini. Kami butuh darah segar untuk meneruskan program ini.
Dengan regenerasi kepengurusan terbuka kemungkinan acara ini menjadi acara tahunan. Kami juga percaya darah segar berkorelasi pada ide yang lebih kreatif dan inovatif dalam menjalankan program ini. Dengan itu pesan bahwa setiap orang bisa dan berhak menulis menjadi lebih nyata adanya bagi mahasiswa Komunikasi UGM.
Kami membutuhkan lima orang pengurus utama. Yang terdiri dari satu orang koordinator utama yang bertanggungjawab sepenuhnya pada program ini. Dua orang perekap posting harian di blog #31HariMenulis, satu orang admin twitter (@31HariMenulis) dan satu orang pengurus penulis tamu atau kegiatan inovasi lainnya. Posisi tersebut adalah tugas-tugas yang kami lakukan tahun lalu. Yang tertarik menjadi panitia tak perlu langsung merujuk pada posisi tertentu, posisi tersebut boleh jadi hasil rapat panitia tahun ini misalnya. Kami para panitia terdahulu akan dengan senang hati bertukar pikiran untuk adik-adik yang tertarik menjadi panitia #31HariMenulis di tahun ini. Dengan lima orang ini ditambah waktu menggodok yang lumayan lama (#31HariMenulis dilaksanakan setiap bulan Mei) kami rasa program ini akan berlangsung lebih menarik.
Atas nama panitia ijinkan saya (@ardiwilda) bersama Ocha (@ladygorgom), Ijah (@)ezielaurensia), dibantu oleh Jaki (@masjaki) dan Cucum (@kakmayya) membuka pendaftaran panitia #31HariMenulis tahun kedua. Tanpa ada yang mendaftar maka acara ini hanya akan jadi romantisme semata yang habis sekali tayang. Tentu amat disayangkan jika itu terjadi. Jika rekan-rekan komunikasi 2008, 2009, dan 2010 ingin mendaftar sebagai panitia bisa komen di postingan ini atau colek kami di @ardiwilda, @ladygorgom, @jezielaurensia. Colekanmu berarti banyak bagi balikannya Mandra dengan Munaroh, maksud saya berarti banyak bagi perayaan menulis bernama #31HariMenulis. Menjadi panitia di program ini berarti membuka peluang menyebarkan semangat positif menulis untuk semua orang.
*Terimakasih untuk Binar yang sudah mencolek saya di twitter untuk menulis pendaftaran ini, terharu rasanya. Tiba-tiba saya juga rindu Mei tahun lalu ketika semua orang berbahagia dengan menulis. Peluk saya untukmu wahai Gorgom, Ijah, Cucum, Jaki, Mbak Pulung, Mas Wisnu.

2 thoughts on “#31HariMenulis (Tahun Kedua)

  1. RikaNova says:

    Nik wis ora mahasiswa oleh melu dadi peserta ra masbro?

    Like

  2. Ardi Wilda says:

    @RikaNova: itu terserah panitia tahun ini Mbak, tur panitiane ae durung ono -___-

    Like

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: